Salah satu amalan sunnah apabila terjadi gerhana adalah dengan melakukan shalat gerhana. Shalat gerhana adalah shalat sunnah yang dikerjakan saat terjadi gerhana, baik gerhana matahari atau gerhana bulan. Untuk shalat saat terjadi gerhana matahari dinamakan shalat Kusuf.
Sedangkan untuk shalat yang dikerjakan saat terjadi gerhana bulan dinamakan shalat Khusuf. Hal tersebut dijelaskan dalam Buku Pintar Panduan Lengkap Ibadah Muslimah karya Syukron Maksum. Dalam buku tersebut juga dijelaskan, waktu untuk melaksanakan shalat Kusuf dimulai saat terjadi gerhana matahari sampai matahari kembali seperti semula atau sampai matahari terbenam.
Lalu untuk waktu pelaksanaan shalat Khusuf, dimulai saat terjadi Gerhana Bulan sampai dengan Bulan terbit kembali atau sampai tampak secara utuh. Perbedaan dari sholat kusuf dan sholat khusuf hanya terletak pada niatnya. Ushallî sunnatal khusûf rak‘ataini imâman/makmûman lillâhi ta‘âlâ.
Ushallî sunnatal khusûf rak‘ataini lillâhi ta‘âlâ. Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua raka’at dan ini berdasarkan kesepakatan para ulama. Namun, para ulama berselisih mengenai tata caranya. Ada yang mengatakan bahwa shalat gerhana dilakukan sebagaimana shalat sunnah biasa, dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada sekali ruku’, dua kali sujud.
Ada juga yang berpendapat bahwa shalat gerhana dilakukan dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada dua kali ruku’, dua kali sujud. Pendapat yang terakhir inilah yang lebih kuat sebagaimana yang dipilih oleh mayoritas ulama Ringkasnya, tata cara shalat gerhana sama seperti shalat biasa dan bacaannya pun sama, urutannya sebagai berikut.
Setelah shalat, imam membaca dua kali khotbah seperti khotbah pada shalat Jumat. Berikut teks khutbah shalat Gerhana seperti disusun oleh , Sekretaris Dewan Syura IKADI periode 2016 2021. Kaum Muslimin Rahimakumullah
Sebagai muslim, kita tidak melewatkan begitu saja waktu, kesempatan dan berbagai kejadian, kecuali ada hikmah yang harus kita peroleh. Karena itu, setiap peristiwa yang terjadi di dunia ini harus kita ambil hikmah atau pelajarannya untuk kehidupan kita, salah satunya peristiwa terjadinya gerhana matahari atau gerhana bulan. Kita bersyukur, Allah swt memberikan kesempatan kepada kita sekali lagi untuk merasakan suasana peristiwa gerhana matahari pada saat ini.
Dari sekian banyak, paling tidak ada dua hikmah penting untuk kita bahas pada kesempatan yang singkat ini. Pertama, meluruskan keyakinan yang salah dan menguatkan aqidah yang benar. Sebagaimana kita ketahui, dahulu Rasulullah saw amat berduka atas wafatnya putera beliau yang bernama Ibrahim.
Sebelumnya putera beliau yang bernama Qasim juga meninggal dunia sehingga Ibrahim anak laki satu satunya yang seringkali menjadi harapan besar dari orang tua untuk melanjutkan jejak perjuangan. Duka Rasul atas wafatnya sang putera adalah sesuatu yang wajar dan manusiawi, bagian dari kasih sayangtua terhadap anaknya. Namun, dalam suasana seperti itu tiba tiba terjadi gerhana matahari, sehingga suasana siang yang terang tiba tiba menjadi gelap, lalu banyak orang yang kemudian menyatakan bahwa rupanya alam turut berduka atas wafatnya Ibrahim.
Ketika mendengar hal itu, Rasulullah saw kemudian menegaskan dalam sabdanya: Dari Abu Mas’ud al Anshary ra, beliau berkata: Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua tanda kekuasaan dari tanda tanda kekuasaan Allah, yang dengan keduanya Allah hendak menjadikan hamba hamba Nya berperasaan takut. Keduanya (matahari dan bulan) tidak mengalami gerhana dengan sebab matinya seseorang manusia dan tidak pula karena hidupnya seorang manusia. Sekiranya kamu melihat salah satu dari dua gerhana tersebut, maka shalatlah dan berdoalah sampai selesai. (Hadis Riwayat Muslim) Dengan demikian, jangan sampai kita masih memiliki keyakinan atau kepercayaan yang tidak benar berkaitan dengan gerhana.
Memang, nenek moyang kita dahulu memiliki keyakinan yang ternyata tidak berdasar, keyakinan keyakinan yang tidak benar itu harus kita luruskan, bukan hanya yang terkait dengan gerhana, tapi keyakinan apapun yang tidak benar harus kita luruskan dan aqidah harus kita kokohkan. Rasulullah saw dan semua Nabi membawa misi tauhid, yakni agar manusia menuhankan Allah swt saja, karenanya segala keyakinan, kepercayaan dan anggapan serta pendapat yang tidak berdasar mesti diluruskan, apalagi bila hal itu hanyalah dusta dalam aqidah yang sangat berbahaya. Sebagai contoh sahabat Ibnu Abbas menceritakan sebagaimana yang diriwayatkan oleh Juwaibir bahwa ada tiga kabilah yakni Amir, Kinanah dan Bani Salamah yang masyarakatnya menyembah berhala.
Mereka berkata: “Kami tidak menyembahnya melainkan agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat dekatnya.” Atas ucapan itu, Allah swt menurunkan firman Nya: Ingatlah, hanya kepunyaan Allah lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang orang yang pendusta dan sangat ingkar (QS Az Zumar [39]:3). Jamaah Sekalian Yang Berbahagia.
Hikmah Kedua yang harus kita ambil dari peristiwa gerhana adalah betapa besar kekuasaan Allah swt, peristiwa ini hanyalah salah satu tanda dari begitu banyak tanda kekuasaan yang besar itu. Bila kita telah menyadari hal ini, mestinya kita menjadi orang yang takut kepada Allah swt, takut kepada murka, siksa dan azab Nya. Karena itu, segala hal yang bisa mendatangkan murka, siksa dan azab Allah swt mesti kita jauhi, bahkan bila kita bersalah atau berdosa, segera kita mengakui kesalahan, menyesali, bertaubat bahkan tidak menghindar dari hukuman.
Orang yang takut kepada Allah swt justeru meminta dihukum atas kesalahannya di dunia ini, karena ia merasa dan memahami lebih baik dihukum di dunia ini daripada di akhirat nanti. Dalam kehidupan sekarang, banyak sekali orang yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah swt, buktinya penyimpangan demi penyimpangan dilakukan, mereka tidak merasa bersalah dengan berbagai alasan yang terlalu dibuat buat dan tragisnya berjuang dengan gigih untuk tegaknya suatu kesalahan dan penyimpangan, naudzubillah. Kita tentu masih ingat kisah seorang wanita pada masa Nabi yang berzina dengan sebab kekhilafan, ia cepat menyadari kesalahan, menyesali, bertaubat dan menemui Rasul untuk minta dihukum.
Meskipun hukumannya ditunda sampai ia melahirkan dan menyusui, akhirnya eksekusi tetap dilaksanakan yang menyebabkan kematiannya dan Rasulullah saw menshalatkan jenazahnya, menyatakan bahwa ia akan masuk ke dalam surga, tapi ketika ada sahabat yang mempertanyakan karena wanita itu berzina, beliau kemudian bersabda: Ia telah bertaubat, suatu taubat yang seandainya dibagi pada tujuh puluh orang penduduk Madinah, niscaya masih cukup. Apakah ada orang yang lebih utama dari seorang yang telah menyerahkan dirinya kepada hukum Allah? (HR. Muslim). Demikian khutbah kita hari ini, semoga berbagai peristiwa dapat kita ambil hikmahnya, apalagi peristiwa yang menunjukkan kekuasaan Allah swt. Marilah kita berdoa
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada Mu yang mengantarkan kami ke surga Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.
Comment here